Laman

Selasa, 15 Oktober 2019

15 Oktober

Lama ngga nulis, hari ini lagi ngga pengen didengar oleh orang-orang,
dan sepertinya tiap orang juga masih sibuk dengan bebannya masing-masing, tidak seikhlas itu untuk mendengar. Aku sendiri punya bebanku dan lagi sibuk untuk memaksa otakku meladeni UTS.

Jadi, kemarin ada kejadian yang cukup bikin breakdown.
Nggak tahu ya kayaknya sudah berkali-kali kayak gini kok masih nyesek.
Kalian heran apa nggak sih kalau ada orang yang perasaannya bisa berubah drastis dalam jangka waktu pendek gitu?
They might saying you're one of the bestest thing in the world, showing how grateful they are
for having you in life dan seolah-olah program kemasukan virus, a week later, you're forgotten.
Aneh ya?
Kadang mikir apa aku yang terlalu perasa atau memang dari awal aku nggak ada tempat sevital itu di hidupnya. They were lonely and I was there.

Belum lagi my weakass masih beradaptasi sama dunia kampus yang baru, parting ways with friends, dealing with new kind of problems, ayahku habis sakit, operasi ring di jantung.
Dan kayak puisiku yang lama, aku masih ada di rumah malapetakaku.
Kalian udah pernah tahu apa belum kalau aku diagnosed as anxiety disorder sufferer?
Bingung aku, aku kepikiran terus buat nggak kuliah soalnya merasa jadi kayak beban buat orang lain,
padahal ya nggak ada yang mikir gitu, tapi pikiranku muter disitu.

Hari ini pula, salah satu Idol K-pop yang tentunya hampir semua orang tahu, Sulli,
meninggal dunia. Lagi-lagi mental issue dan committed suicide, I can't be more sad.
Apesnya, di keadaan pikiran yang memang lagi kacau, ditambah dengan serangan media massa tentang bahasan ini dimana-mana, aku ke triggered juga. Wah, gila, kacau banget ini pikiran.
Rasanya kayak sisi setan sama sisi malaikat saling mempertahankan tempatnya.
Mati aja, jangan mati, mati aja, jangan mati.
Tanya aja sama sufferer yang lain, gimana rasanya kalo udah ketrigger hal-hal kayak gitu,
beuh, ancur euy, ngga tau lagi.

Tapi di sisi lain, sebagaimana Indonesia sangat membenci rezim Orde Baru, aku sangat membenci rezim diriku pada zaman 2015, dimana lagi kumat-kumatnya,
psikolog sana-sini, harming sana sini, wah, anti banget aku, nggak mau lagi kayak gitu,
heran makanya sama yang sok edgy depresi depresi, belum tau nerakanya dunia ada di pikiran.
Jadi, ya begitu, aku akhirnya dengan menangis tetap melanjutkan belajarku sampai sekarang, lanjut membaca buku Prof. Bakri tentang Pengantar Hukum Indonesia.

Hari ini, masku ulang tahun, dan hari ini juga aku bisa melewati satu malam dengan pikiran yang cukup fucked up. Selamat ulang tahun, Mas. Selamat berproses, aku.