Apa kabar,
Dylan?
Angin darat
sudah tiba, diluar rumahku berhembus kencang kenangan. Biasanya, saat jam mulai
berdentang, banyak hati rentan kesepian. Tapi berbeda denganku, yang rajin
mengulangi materi tentang kehilangan, berangan-angan nihil harapan.
Bagaimana
keadaanmu, Dylan? Liburanmu pasti menyenangkan!
Ditemani
tawa dan senyum merona, tentunya bukan dari sesosok manusia yang pernah kau
gores hatinya. Menikmati potongan lukisan dari perputaran senja ke senja,
mengarungi pulau kapuk tanpa mimpi buruk yang menjelma.
Sedangkan
aku disini, Dylan, menyelami samudera tanpa dasar mengenai duka yang tiada
habis. Terkurung dalam ruang kosong, hanya terdengar putaran suaramu, sukmaku
sakit, hampir terkikis.
Dylan,
Kalau kau
pergi lagi, jangan lupa untuk beri kabar.
Jika mau
membuka lembar baru bersama orang lain, jangan lupa beri undangan.
Siapa tahu,
dengan begitu, pedih ini dapat terobati lalu menguap menjadi benih,
Tapi kita
hanya manusia mana bisa tahu, mungkin saat itu kursi dengan namaku akan kosong,
Tenang saja,
kau bisa temukan aku di tempat bagaimana awal kisah terbentuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar