Laman

Sabtu, 23 November 2019

Jarak

Jarak, distance, distanza, distansya.

Aku bahkan bisa menebak sebagian besar dari kalian akan langsung mengarahkan pikiran pada seseorang yang jauh, bagaimana kalian merasa rindu, feeling of longing, ingin rasanya mendekat dan memperpendek cakupan jarak dengan orang ataupun hal yang kamu inginkan untuk dekat, rela melakukan apapun itu.

Tapi kalau aku boleh bercerita, kasusku berbeda. Jauh berbeda.
Aku bahkan sangat memaklumi kalau kalian nggak setuju sama aku, kalau kalian merasa nggak bisa relate dengan ceritaku, dengan feelingsku.

Salah satu hal yang paling aku butuhkan saat ini adalah jarak itu sendiri.
Aku bener-bener penat, sesak, karena rasanya aku seumur hidup dalam kontrol yang ketat, nggak bisa merasakan hidupku sendiri. Aku butuh ruang diantara aku dengan keluarga kecilku hingga keluarga besarku. Aku butuh untuk mereka jauh dari aku, biar mereka bisa lebih menghargai eksistensiku.

Selama aku hidup sampai saat ini, tetap di kota yang sama, bahkan aku belum bisa menghafal jalanan jalanan besar di kota, aku belum pernah melakukan hal yang anak seumuranku biasa untuk lakukan.
Aku belum diperbolehkan keliling pakai motorku sendiri, ngga diperkenankan untuk bebas, rasanya seperti terpidana, aku ngga mendapatkan kepercayaan sama sekali untuk melakukan apa yang namanya hidup, yang benar-benar dinamai hidup.

Setiap aku keluar rumah, aku merasa panik dan sangat khawatir, rasanya di leherku ini ada rantai, jadi semakin jauh jarakku, semakin mencekik ke leherku. Aku ingin hidup sebagai manusia juga.
Mencari arti hidupku sendiri, mencari hakikat Tuhanku sendiri, meyakini sebuah kepercayaan dengan caraku sendiri, selayaknya manusia, kan?

Saat ini, aku merasakan puncak dimana aku sama sekali tidak merasakan apresiasi dari rumah malapetakaku, tempat dimana aku menghabiskan hampir seluruh hidupku.
Aku ingin pergi, ke tempat yang sangat jauh, mengadu nasibku sendiri, tidak dicari-cari.
Bahkan tadi malam, aku sempat mengobrol dengan diriku sendiri, kami berdiskusi dan mempertaruhkan sesuatu yang cukup tidak masuk akal, karena tadi malam aku diluar kendali.

Diriku bilang, kalau dunia tidak mengizinkanku untuk pergi jauh dalam beberapa tahun kedepan walaupun aku sudah berusaha sangat keras untuk mencapai bagaimanapun caranya, dia bilang mungkin aku juga berhak untuk mati, karena pada dasarnya hidupmu kali ini hanyalah melukai rasa kemanusiaanmu saja, dan seharusnya manusia tidak hidup seperti itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar